Apa yang ada di
pikiran kalian kalau mendengar kalimat ‘donor darah’? pasti kepikiran tentang
jarum besar dan darah. Ya nggak?
Aku pertama kali
- dalam hidupku - donor darah tanggal 25
Oktober yang lalu. Waktu itu, PMI datang ke sekolah. Pas istirahat kedua, aku
rencananya mau donor darah sama temenku. Tapi sialan, tiba-tiba dia takut.
Padahal, udah masuk perpus –yang waktu itu dipakai sebagai tempat donor darah-.
Naah, daripada malu-maluin, yaa akhirnya donor darah juga deh.
Pertama-tama kita
timbang berat badan. Ya pastinya aku cukup dong, wong BB ku itu di atas 45 di
bawah 60 (minimal donor darah, Bbnya harus 45 kg). Hahahahaa. Lalu, periksa
tensi darah. Nggak boleh rendah, juga nggak boleh tinggi. Setelah itu, cek
golongan darah. Dengan cara disuntik. Waktu itu aku yang disuntik adalah jari
manis tangan kiri. Rasanya yaa nyut-nyut gitu, haha.
Ternyata, darahku
itu kental banget, warnanya merah pekat kehitaman gitu, golongan darahku juga O.
Setelah itu dicek. Hemoglobinnya cukup apa nggak. Pas itu, darahku dicemplungin
ke suatu cairan -nggak tahu itu apa-.
Ternyata pas diliat, tetap aja darahnya kental.
Ada satu temanku juga mau donor darah, pas diperiksa tenyata darahnya
encer banget, jadi nggak boleh didonor. Kurang hemoglobin, kata petugasnya.
Akhirnya, aku
disuruh tidur. Terus petugas yang satunya ngambil kantong darah yang
terhubung dengan jarum suntik dan segala
macam peralatan. Lenganku dibuka terus disuntik yang dekat bagian siku. Ituu
loh yang biasa disuntik perawat pas kita di rumah sakit buat ngecek darah,
tau?? Tenang, aku aja juga nggak tau, ahahaa.
Aku kira
disuntiknya tuh sakit, abis ukuran jarumnya bikin agak merinding gitu. Ehh,
ternyata aku salah. Rasanya disuntik tu, ya kayak disuntik biasa. Agak
ckit-ckit. pas jarumnya masuk, lenganku dibungkus sesuatu, kayak bahan yang
untuk tensi darah itu, mungkin tujuannya biar darahnya cepat mengalir??? –nggak
tahulah-
Plen, pas darah
kita diambil, nggak kerasa loh. Sama sakali nggak kerasa apa-apa. Beda sama
jarum infus. Jadi, darahnya itu mengalir tenang dan deras, tanpa ada rasa sakit
sedikitpun. Petugasnya juga baik, ngajak ngobrol yang lucu-lucu juga. Mau dong
ntar kalau donor darah lagi, ketemu sama petugas yang sama, heehehehe.
Darahku disedot
sekitar 15 menit. Tapi ternyata baru dapat 1 kantong kecil aja.
Finally, udah
gitu, jarumnya dilepas, dan kantongnya disimpan ama petugasnya. Terus disuruh
minum air sama makanan kecil. Mungkin maksudnya untuk mengganti cairan darah
yang keluar yaa?
Beberapa menit
setelah donor darah, kepala terasa agak pusing dan perut terasa mual. Mungkin
ada hubungannya dengan cairan tubuh yang diambil secara tiba-tiba, sehingga
tubuh harus beradaptasi???? Karena itu disarankan, setelah donor darah, tiduran
dulu sekitar 5 menit-an lah. Sambil minum susu atau air atau teh.
Habis gitu,
pulang ke kelas dengan perasaan senang. Kenapa? Karena berhasil mengalahkan
ketakutan akan ‘donor darah’. Horeeeeeeee!!!
Aku nggak tahu
siapa yang akan menerima donor darahku, tapi aku berharap darahku akan
bermanfaat bagi yang membutuhkan. Senang rasanya, bisa berbuat sesuatu untuk
sesama. Meskipun hanya hal kecil.
Rencananya,
bulan Januari atau februari, pengen donor darah lagi. Lumayanlah dapat
susu ama makanan kecil tanpa harus ngeluarin duit. Hahaha
Jadi, buat kalian
yang ada keinginan untuk donor darah, jangan takut. Ingat, betapa berharganya
darah yang kalian sumbangkan itu untuk mereka yang sangat membutuhkan. Oke deh,
sekian cerita aku. Sampai jumpa dengan cerita lain, di waktu yang lain pula.
Dadahhhhhhhh
bener tuh, sy jg awalnya takut donor darah, tp kini udah bbrp kali.
BalasHapusYup bner banget. Ternyata, don0r darah itu bikin ketagihan
Hapus