Jumat, 16 Desember 2011

Pengalaman Donor Darah


Apa yang ada di pikiran kalian kalau mendengar kalimat ‘donor darah’? pasti kepikiran tentang jarum besar dan darah. Ya nggak?
Aku pertama kali - dalam hidupku  - donor darah tanggal 25 Oktober yang lalu. Waktu itu, PMI datang ke sekolah. Pas istirahat kedua, aku rencananya mau donor darah sama temenku. Tapi sialan, tiba-tiba dia takut. Padahal, udah masuk perpus –yang waktu itu dipakai sebagai tempat donor darah-. Naah, daripada malu-maluin, yaa akhirnya donor darah juga deh.
Pertama-tama kita timbang berat badan. Ya pastinya aku cukup dong, wong BB ku itu di atas 45 di bawah 60 (minimal donor darah, Bbnya harus 45 kg). Hahahahaa. Lalu, periksa tensi darah. Nggak boleh rendah, juga nggak boleh tinggi. Setelah itu, cek golongan darah. Dengan cara disuntik. Waktu itu aku yang disuntik adalah jari manis tangan kiri. Rasanya yaa nyut-nyut gitu, haha.
Ternyata, darahku itu kental banget, warnanya merah pekat kehitaman gitu, golongan darahku juga O. Setelah itu dicek. Hemoglobinnya cukup apa nggak. Pas itu, darahku dicemplungin ke suatu cairan  -nggak tahu itu apa-. Ternyata pas diliat, tetap aja darahnya kental.  Ada satu temanku juga mau donor darah, pas diperiksa tenyata darahnya encer banget, jadi nggak boleh didonor. Kurang hemoglobin,  kata petugasnya.
Akhirnya, aku disuruh tidur. Terus petugas yang satunya ngambil kantong darah yang terhubung  dengan jarum suntik dan segala macam peralatan. Lenganku dibuka terus disuntik yang dekat bagian siku. Ituu loh yang biasa disuntik perawat pas kita di rumah sakit buat ngecek darah, tau?? Tenang, aku aja juga nggak tau, ahahaa.
Aku kira disuntiknya tuh sakit, abis ukuran jarumnya bikin agak merinding gitu. Ehh, ternyata aku salah. Rasanya disuntik tu, ya kayak disuntik biasa. Agak ckit-ckit. pas jarumnya masuk, lenganku dibungkus sesuatu, kayak bahan yang untuk tensi darah itu, mungkin tujuannya biar darahnya cepat mengalir??? –nggak tahulah-
Plen, pas darah kita diambil, nggak kerasa loh. Sama sakali nggak kerasa apa-apa. Beda sama jarum infus. Jadi, darahnya itu mengalir tenang dan deras, tanpa ada rasa sakit sedikitpun. Petugasnya juga baik, ngajak ngobrol yang lucu-lucu juga. Mau dong ntar kalau donor darah lagi, ketemu sama petugas yang sama, heehehehe.
Darahku disedot sekitar 15 menit. Tapi ternyata baru dapat 1 kantong kecil aja.
Finally, udah gitu, jarumnya dilepas, dan kantongnya disimpan ama petugasnya. Terus disuruh minum air sama makanan kecil. Mungkin maksudnya untuk mengganti cairan darah yang keluar yaa?
Beberapa menit setelah donor darah, kepala terasa agak pusing dan perut terasa mual. Mungkin ada hubungannya dengan cairan tubuh yang diambil secara tiba-tiba, sehingga tubuh harus beradaptasi???? Karena itu disarankan, setelah donor darah, tiduran dulu sekitar 5 menit-an lah. Sambil minum susu atau air atau teh.
Habis gitu, pulang ke kelas dengan perasaan senang. Kenapa? Karena berhasil mengalahkan ketakutan akan ‘donor darah’. Horeeeeeeee!!!
Aku nggak tahu siapa yang akan menerima donor darahku, tapi aku berharap darahku akan bermanfaat bagi yang membutuhkan. Senang rasanya, bisa berbuat sesuatu untuk sesama. Meskipun hanya hal kecil.
Rencananya, bulan  Januari atau februari,  pengen donor darah lagi. Lumayanlah dapat susu ama makanan kecil tanpa harus ngeluarin duit. Hahaha
Jadi, buat kalian yang ada keinginan untuk donor darah, jangan takut. Ingat, betapa berharganya darah yang kalian sumbangkan itu untuk mereka yang sangat membutuhkan. Oke deh, sekian cerita aku. Sampai jumpa dengan cerita lain, di waktu yang lain pula. Dadahhhhhhhh

2 komentar:

  1. bener tuh, sy jg awalnya takut donor darah, tp kini udah bbrp kali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup bner banget. Ternyata, don0r darah itu bikin ketagihan

      Hapus