Sering ya, kita ini merasa kurang atas apa yang sudah ada. Dimulai dari diri sendiri: kurang cantik, atau kurang tampan. Naik ke tingkat berikutnya: kurang harta.
Benar, kita ini manusia yang jarang sekali bersyukur. Pernah nggak, di saat kita senang, kita bersyukur pada Allah? Yang ada, saat nikmat itu dicabut dari diri kita, baru kita merasa bahwa Allah sangat sayang
pada kita. Baru kita merasa bahwa betapa nikmat semua yang telah Dia beri.
Mungkin, dalam hal kepandaian, kita patut iri. Dengan merasa iri, kita akan terpacu semangatnya untuk lebih maju. Tapi iri pada hal selain kepandaian, bukan iri yang baik. Iri pada tetangga yang punya motor baru, pada teman yang punya laptop baru, pada orang lain yang punya harta melimpah.
Jangan melulu melihat sesuatu di atas kita. Bukalah mata kita pada sesuatu yang jauh di bawah. Di luar sana, banyak sekali orang miskin. Jauh lebih miskin dari kita. Pun banyak orang yang terlahir dengan fisik tak sempurna. Kita harusnya paham benar bahwa betapa Allah Maha Penyayang.
Kalau kita hitung-hitung, sebenarnya kita itu udah sangaaaaat beruntung. Kita yang sehat ini nggak perlu cuci darah. Cuci darah itu mahal, dan harus dilakukan seumur hidup. Udara yang kita hirup juga gratisss. Padahal nih ya, satu tabung oksigen yang ada di rumah sakit itu harganya muahalll. Sekarang, kita udah dikasih oksigen secara gratis sama Allah, setiap hari pula! Belum lagi kesehatan yang kita dapat. Juga harta-harta lain.
Tutup mata kita beberapa detik saja. Bayangkan, apa yang telah kita dapatkan selama ini. Dan rasakan, betapa tak terhingganya nikmat yang telah Allah berikan.
Mengutip dari sebuah buku:
Benar, kita ini manusia yang jarang sekali bersyukur. Pernah nggak, di saat kita senang, kita bersyukur pada Allah? Yang ada, saat nikmat itu dicabut dari diri kita, baru kita merasa bahwa Allah sangat sayang
pada kita. Baru kita merasa bahwa betapa nikmat semua yang telah Dia beri.
Mungkin, dalam hal kepandaian, kita patut iri. Dengan merasa iri, kita akan terpacu semangatnya untuk lebih maju. Tapi iri pada hal selain kepandaian, bukan iri yang baik. Iri pada tetangga yang punya motor baru, pada teman yang punya laptop baru, pada orang lain yang punya harta melimpah.
Jangan melulu melihat sesuatu di atas kita. Bukalah mata kita pada sesuatu yang jauh di bawah. Di luar sana, banyak sekali orang miskin. Jauh lebih miskin dari kita. Pun banyak orang yang terlahir dengan fisik tak sempurna. Kita harusnya paham benar bahwa betapa Allah Maha Penyayang.
Kalau kita hitung-hitung, sebenarnya kita itu udah sangaaaaat beruntung. Kita yang sehat ini nggak perlu cuci darah. Cuci darah itu mahal, dan harus dilakukan seumur hidup. Udara yang kita hirup juga gratisss. Padahal nih ya, satu tabung oksigen yang ada di rumah sakit itu harganya muahalll. Sekarang, kita udah dikasih oksigen secara gratis sama Allah, setiap hari pula! Belum lagi kesehatan yang kita dapat. Juga harta-harta lain.
Tutup mata kita beberapa detik saja. Bayangkan, apa yang telah kita dapatkan selama ini. Dan rasakan, betapa tak terhingganya nikmat yang telah Allah berikan.
Mengutip dari sebuah buku:
"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan, maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu. Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima, karena manakala Allah membuka pintu pemahaman pada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya."
baguuss!! aku juga kadang ayak gitu, fi
BalasHapusemangg, bukan mbak aja. Lufi juga. kita sebagai menusia memang kurang bersyukur...
Hapus